Friday, October 26, 2007

Menanti Kereta di Stasiun Balapan


by fahmi amrulloh

di stasiun balapan
kereta yang datang satu satu
seperti udara yang kau hirup
melewati rel sampai ke paruparu:
stasiun pemberhentian sementara
sambil menanti keberankatan selanjutnya
mencitakan jarak
menuju arah entah
besibesi pasi
juga temboktembok pucat

diamdiam ada yang khawatir
dengan alamat di tangan
mungkin aku
tentang kereta yang tak juga
datang

solo, 2005
____________________________

by fahmi amrulloh at 18:09 0 comments

Wednesday, July 25, 2007

PERMAINAN NYAWA

sajak Sahlul Fuad

Anak kecil itu sangat sibuk dimainkan video game.
Suatu saat dia sangat marah karena dihina habis-habisan oleh kehidupan yang dimainkan.
Suatu saat dia berjingkrak, karena dia bisa menginjak teman-temannya.
Dasar sial! gerutunya pelan.
Nyawa yang dibelinya di counter berjatuhan.
Tiba-tiba ibunya mendatanginya.
Tiba-tiba pula ia minta nyawa ibunya untuk melawan kawannya.
(2007)

Wednesday, April 25, 2007

Puisi

Hujan Pagi di Lebaran Korban

Mangarai, 31 Desember 2006

Hujan, rupanya kau
Juga turut bertakbir

Kau kenakan
Setelan jubah air

Apakah akan ada korban banjir?
Atau korban terus akan mengalir?


Tahun Baru 2007

Pondok Labu, 010107

1/
Mestinya ia malu
Tinggalkan waktu
Berwajah sendu
Berlalu tanpa restu ibu

2/
sampailah aku di hilir waktu
entah berapa kali terbentur batu
entah berapa kali tersangkut kayu
aku tak pernah tahu

aku hanya tahu
bersama waktu
air terus berlalu
terus melangkah pulang berlabuh
menemui sang ibu waktu

entah,
apakah ia akan bertemu?

akhirnya waktu pun muncul dari abuabu
lalu berkeliling mencari titik semu

entah,
apakah ia akan bertemu?


Di Pelipis Wajah Waktu

Pondok Cabe, 010107 1136

Masih membekas irisan sembilu
Seperti luka para penyamun

Luka itu baru saja luruh
Setelah tetesan madu menyapu

: Lalu waktu berubah menjadi peluru
Menembus ulu hatiku

Mimpi Kamu

Embun pagi melilit tubuh
Mengandeng aroma tubuh
Menjenguk dalam mimpiku

Kurasakan belaianmu begitu lembut
Mengingatkan aku pada ibu
Aku pun jadi rindu padamu

Memeluk Waktu

Jika saat itu adalah aku
Dan saat ini adalah engkau
Maka aku memohon kepadamu
Jangan pisahkan waktu ini dan itu
Aku hanya ingin kau dan aku
Memeluk waktu


Kalimat Kenangan

Kalimat itu masih mengendap di dasar lembah
Akan menyembul di antara gunung
karang menyapa matahari

Masih ingatkah kau tentang kisah ini?
Sebuah catatan singkat yang mengalir dari
ujung sungai
Mengendap di selasela hati
Lalu terbit dari matakata meramba bukit-bukit
:
Tapi dari sini
Mungkin terlampau jauh untuk dititi.


Di Gerbang Pelaminan

: Kamil dan Nawa
Menes, 060107
1/
Sebelum aku masuk altar pelaminmu
Bunga-bunga yang berbaris di gerbang menyambutku

Senyumnya membisik lirih kepadaku:
“Para malaikat dan bidadari menari sambil berdoa pada ilahi.”

Lalu doa-doa pun bahagia menyambutmu
Begitu juga langit, pun membiru
Menyibak awan yang mulai sendu

:Semoga bahagiamu tak lekas berlalu

2/
Lalu kau iris sepenggal sorga
Lalu kau simpan dalam belanga

Saat waktu mulai gelisah
Irisan sorga itu kau masak dengan airmata bahagia

Entah,

Seberapa madu kau cecap dari bunga-bunga
Bahkan matahari yang selalu mengintai siang
Atau rembulan yang tak tega meninggalkan malam
Mereka tak pernah lihat engkau memadu cinta
Justru kerlap lampu yang selalu lelap dala